Overview
“Guys, coba cek Threads, brand kita udah bisa join apa belum?” atau “Guys, please make sure kalau brand kita udah ada di Threads ya!”. Dua hal ini bisa jadi mewarnai hari-hari para brand team, advertising agency, dan sejenisnya. Hari-hari yang sibuk untuk para social media specialist untuk mengulik seberapa menarik Threads dan bagaimana potensinya bagi brand. Di satu sisi menjadi pekerjaan tambahan, di sisi lain jadi peluang untuk mendapatkan perhatian dari potential audiens.
Juli 2023 menjadi bulan yang spesial bagi Meta (sebelumnya Facebook), dengan meluncurkan varian platform media sosial terbarunya, Threads, melengkapi beberapa portofolio media sosial Meta sebelumnya, Facebook, Instagram, dan Whatsapp. Threads sendiri dianggap sebagai pesaing langsung terhadap dominasi Twitter. Dengan integrasi mulusnya dari Instagram dan sejumlah fitur inovatif, Threads telah menarik banyak perhatian pengguna media sosial dalam waktu singkat.
Terlepas dari hingar bingar dan FOMO para pengguna media sosial terhadap platform baru (padahal lawas karena sudah ada Twitter), ada banyak catatan paska beberapa hari Threads mendapatkan lebih dari 44 juta pengguna dalam sehari. Apakah Threads menjadi potensi besar bagi brand untuk menjangkau audiens? Atau justru menambah pekerjaan bagi brands, karena kolam dalam membangun komunikasi jadi semakin banyak? Apakah nantinya ada profesi baru, SelebThreads, paska muncul Selebgram, Selebtweet, dan YouTubers yang sebelum-sebelumnya menjadi opinion leader di dunia maya?
Apakah Threads adalah Twitter yang Disempurnakan? Atau Hanya Menduplikasi Fitur Twitter?
Threads menjadi aplikasi media sosial mandiri yang dikembangkan oleh Meta, dirancang untuk memfasilitasi berbagi konten dengan sekelompok teman dekat tertentu. Tidak seperti aplikasi perpesanan tradisional, Threads berfokus untuk menciptakan pengalaman yang lebih intim dan pribadi. Salah satu pembeda utama adalah integrasinya dengan Instagram, memungkinkan pengguna untuk mentransisikan basis pengikut mereka dengan mulus dan mempertahankan nama pengguna yang sama. Integrasi ini memudahkan dua miliar pengguna Instagram untuk menjelajahi Threads sebagai alternatif dari Twitter.
Di satu sisi, para pengguna Threads tidak perlu mulai dari 0 lagi untuk membangun basis followersnya. Dalam hal ini, jasa jual beli followers tentu akan sedih karena mereka kehilangan peluang. Namun di sisi lain, jika konteksnya adalah brand yang telah membangun komunikasinya melalui instagram selama bertahun-tahun, brand bisa menguji: Seberapa loyal followers mereka saat ini.
Fenomenal, Kenaikan Pengguna Threads yang Cepat
Dalam 24 jam setelah diluncurkan, Threads menyaksikan lonjakan pengguna yang belum pernah terjadi sebelumnya, dengan lebih dari 44 juta orang mendaftar dalam sehari. Tingkat adopsi yang cepat ini bahkan telah melampaui lintasan pertumbuhan Instagram, menjadikan Threads salah satu aplikasi media sosial dengan pertumbuhan tercepat dalam sejarah terkini. Kemudahan mendaftar, ditambah dengan keakraban platform, telah menarik pengguna dari berbagai latar belakang, termasuk selebriti, politisi, dan penggemar media sosial.
Threads vs. Twitter: Pertempuran Meraih Pengguna Loyal
Kemunculan Threads telah membuat Twitter mundur, terutama mengingat kontroversi baru-baru ini dan keputusan strategis yang dibuat oleh pemilik Elon Musk. Jaringan iklan Meta yang mapan dan model bisnis yang menguntungkan menjadikannya pesaing yang tangguh. Fitur login langsung, memungkinkan pengguna untuk masuk menggunakan kredensial Instagram mereka, menawarkan transisi mulus yang semakin memikat pengguna untuk menjelajahi Threads. Selain itu, kemampuan untuk mempertahankan nama pengguna yang sama dan mengikuti akun dari Instagram memberikan rasa kesinambungan dan keakraban bagi pengguna.
Threads: Twitter yang Disempurnakan, Atau Twitter yang Diduplikasi?
“Competition is fine, cheating is not.” – Cuit Elon Musk paska peluncuran Threads yang fenomenal dan kenaikan pengguna yang signifikan. Satu cuitan dari petinggi Twitter tersebut tentu menggambarkan suasana hati yang gundah gulana, sekaligus galau terhadap kemunculan platform baru yang dimiliki oleh pesaing utamanya, Mark Zuckeberg. Namun, apakah benar Threads merupakan hasil menyontek dari Twitter sepenuhnya? Jika melihat sepintas, memang mirip. Ada fitur reply, utas, likes, dan sebagainya. Namun, tentu ada yang dimiliki twitter dan belum ada di Threads (setidaknya sampai artikel ini ditulis), seperti trending topic, hashtag, serta analytics tools yang menggambarkan seberapa efektif jangkauan satu post di Threads.
Di era media sosial yang serba terbuka seperti sekarang ini, tentunya kompetisi antar platform media sosial pun tidak bisa terbendung. Twitter, sejak awal kemunculannya telah teruji menghadapi berbagai macam badai dan pasang surut, namun tetap saja masih memiliki pengguna loyal. Setidaknya jika dibanding dengan platform lain yang sempat muncul dan menjadi bahan FOMO para netizen, seperti Snapchat bahkan Path. Kini, pertanyaan apakah Threads dapat menarik pengguna Twitter untuk beralih ke Threads sepenuhnya, tentu hanya waktu yang bisa menjawab.